Selasa, 26 Mei 2009

daftar pusaka

murid-murid SPH, personal interview, Mei 2009

Rasisme

                

APAKAH RASISME HANYA SEKEDAR KESALAHPAHAMAN?

Di setiap penjuru dunia ini, banyak permasalahan yang terjadi dikarenakan oleh sistem pemerintahan mereka atau juga karena individu – individu yang egois, sombong, merasa segalanya harus dilakukan dengan semaunya dia. Salah satu isu yang masih terjadi adalah rasisme. Rasisme sedang terjadi di banyak tempat,  bahkan di Sekolahyang terletak di Sentul pun terjadi rasisme di kalangan murid- murid.

                “Eh Cina lo dasar, ngapain sih disini? Udah bayar pajak blom?” menurut Efi dan teman-temannya, murid Sekolah itu, itulah yang mereka sering dengar dan setiap kali mendengarnya, mereka juga merasa tersinggung dan kesal. Menurut Efi, pribumi membenci kaum Cina karena seharusnya kaum pribumilah yang mendapatkan segala sesuatu yang lebih baik, namun kenyataanya adalah sebaliknya. Karena itu dia berpikir bahwa pribumi membenci Cina karena itu. Efi mengatakan bahwa dia tidak peduli bahwa kalau itu hanya ejekan atau bukan, dia sangat membenci jika mendengarnya. Dia juga menambahkan, “Kalau mereka mau kerja kayak kita sih mereka juga pasti bisa kayak kita”. “semua kekacauan dimulai gara-gara mereka yang sirik karena malas”. Itulah kesimpulan yang diambil Efi dan akibat mengapa terjadinya rasisme di Sekolahnya dan di tempat-tempat lain.

                Eka, seorang murid lain dari Sekolah itu mengatakan bahwa memang benar mereka sering mengejek kaum Cina, tapi kaum Cina juga sering mengejek mereka. “Eh dasar lo item, ga bisa apa-apa!!”, itulah bahan ejekan yang sering dia dengar dari kaum Cina. “gue benci sama mereka, lagaknya sombong, sok keren, ngejek mulu lagi”. Menurut Eka, mereka sering mengejek kaum pribumi karena kaum Cina merasa bahwa mereka lebih hebat dan boleh melakukan dengan seenaknya mereka saja. “tapi gue juga sebenarnya bingung kenapa mereka ngejek kita kayak gitu. Emang dari kebiasaan mereka kali ya? Atau mereka lebih gampang kalau ngejek kita dari penampilan?” itulah pertanyaan yang kadang menghantui Eka.

                Kedua pihak, kaum Cina dan kaum pribumi mempunyai alasan masing-masing mengapa mereka saling membenci dan mengejek. Namun kenyataan ini tidak bisa dipastikan dikarenakan oleh adanya bias dari kedua pihak.

                “menurut saya sih yaaa, kaum pribumi salah menilai kaum Cina dan juga sebaliknya. Menurut saya, rasisme di Sekolah ini diakibatkan oleh kesalah pahaman antara kedua pihak yang saling membuat kesimpulan masing-masing” itulah akibat yang menurut Fridel mengapa terjadi rasisme di Sekolah ini. Fridel tidak peduli apakah temannya Cina atau pribumi, dia hanya ingin bersenang-senang dan menghindari pertengakaran. “gue sih gaul sama siapa aja yang penting seru orangnya. Gue ga suka ngehakimin orang-orang dari kaum mereka. Gue harus cari tau dulu apakah benar yang dikatakan orang-orang pribumi terhadap Cina benar atau tidak, baru gue bisa tau pasti”.

                Fridel bukanlah tipe orang yang suka mengejek ras orang-orang lain. Karena itu dia menyimpulkan sesuatu yang berbeda dari kedua pihak. Rasisme terjadi diakibatkan oleh kesalah pahaman kedua pihak, itulah yang menurut dia akibat dari rasisme di Sekolah ini, maupun diluar Sekolah.

                “kalau apa asal mulanya terjadi pengejekkan ras, gue agak bingung. Mungkin karena pertama-tama, orang-orang hanya bermaksud untuk bermain-main tapi akhirnya malah jadi serius dan kedua kaum malah tersinggung dengan ejekannya. Karena mereka mulai saling sebal, akhirnya mereka membuat kesimpulan mereka sendiri atas kaum yang mereka benci. Contohnya, kaum pribumi mengejek kaum Cina dengan berkata ‘Cina lo’ akan menyinggung perasaan kaum Cina lebih daripada hanya berkata ‘Bodo lu dasar’, dan sebaliknya juga. Mereka pikir akan lebih menyinggung seperti itu karena ras adalah sesuatu yang sudah dimiliki dari lahir, yang dilanjutkan oleh ayah- ibu, nenek-kakek dan seterusnya”

                Fridel juga berpikir bahwa ada satu masalah lagi yang bisa menjadi penyebab rasisme di sekolahnya,yaitu dendam pribadi. Karena satu individu benci dengan satu individu lain, dia akan mulai mengejek satu individu yang lain itu. Mengejek dengan membaw ras mereka, karena sperti yang dikatakan Fridel sebelumnya, itu akan lebih manyinggung. Kebencian ini memang susah untuk dihilangkan, namun jika terus dikembangakan akan lebih membawa banyak masalah. Radius permasalahan ini akan semakin meluas dari Sekolah ini dan menyebar ke daerah-daerah lain.

                “rasisme memang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya dari dunia ini, namun semua orang harus setidaknya bertindak untuk membuat dunia ini lebih tentram. Semua individu harus mencoba untuk membuang kebencian mereka terhadap kaum lain dengan mencoba untuk berteman. Walaupun tidak semua usaha akan berhasil, contohnya salah seorang dari kaum pribumi ingin berteman dengan kaum Cina supaya tidak ada permasalahan lagi, namun dia ditolak. Setidaknya kaum Cina tau bahwa dia telah berusaha untuk berteman dengan kita, berbuat baik. Siapa tau kaum Cina juga akan mempertimbangkan kembali tentang sifat-sifat kaum pribumi. Hilangnya rasisme tergantung pada individu-individu yang harus marubah sikap mereka”. Itulah kesimpulan yang diberikan oleh Fridel.

                

Rabu, 29 April 2009

daftar pusaka

Daftar pusaka

 

“synopsis Gie”  14 April 2009

<http://alyacute.blog.friendster.com/2007/01/sinopsis/>

“ringkasan singkat Gie” 14 April 2009

<http://113081068.blog.friendster.com/2008/11/soe-hok-gie/>

“Gie 2005” 14 April 2009

<http://www.imdb.com/title/tt0459327/>

 

Gie

Kisah seorang pejuang dan aktivis

 

Film Gie yang dipublikasikan pada tahun 2005, yang disutradarai oleh Riri Riza dan diproduksi oleh Mira Lesmani menceritakan kembali cerita perjalanan hidup Soe Hok Gie, seorang keturunan Tiong Hoa. Dijelaskan di film tersebut  tantangan dan perjuangan yang telah dialami Gie, di jaman revolusi. Gie juga mengeluarkan kritikan tajam terhadap pemerintah dan pihak lain. Latar belakang film ini adalah pergantian dari Orde lama menjadi Orde baru, dan terjadinya masalah-masalah di jaman itu. Di film ini peran Soe Hok Gie dimainkan oleh dua orang. Pada saat dia muda, perannya dimainkan oleh Jonathan Mulia. Dan sewaktu dia beranjak dewasa, perannya dimainkan oleh Nicholas Saputra.

Soe Hok Gie adalah pemuda Tiong Hoa yang juga dikenal sebagai aktivis dan juga penulis. Sudah dari sejak dia duduk di bangku SMP, sudah terlihat keberanian dia dalam memberontak. Setiap kali di sekolah jika dia tidak setuju dengan apa saja yang diajarkan kepadanya, selalu saja dia memprotes dan mengeluarkan ide sendirinya yang selalu berakhir dengan konflik dengan guru. Karena Gie sering berkonflik dengan gurunya, nilai-nilai Gie diturunkan olehnya dan karena itu dia pindah ke SMA Kanisius. Saat dia masuk tahun-tahun mahasiswanya, ia masih aktif terutama di bidang politik dan sastra. Di saat-saat itu, Gie memang menghormati Soekarno atas perjuangan dia sebagai founding father Negara Indonesia, tetapi Gie sangat menentang Soekarno dengan ideologi komunismenya, yang sangat menginjak-injak rakyat yang miskin. Pada saat itu juga, harga barang-barang naik supaya pihak-pihak akan lebih melihat ke sisi ekonomi mereka daripada menimbulkan masalah terus. Pada masa-masa kuliahnya, sedang terjadi konflik antara militer dan PKI yang ingin saling mengulingkan untuk mendapat kekuasaan. Gie juga menulis banyak kritikan tentang tindakan-tindakan Soekarno yang korupsi, yang akhirnya dipublikasikan di media massa. Orang-orang memang mengagumi keberaniannya melakukan hal itu, tapi ada beberapa juga yang jadi membencinya. Lama kelamaan karya Gie tidak lagi diterbitkan karena karyanya sangat tajam dan cukup untuk membuat Gie terjerumus kedalam bahaya. Dia juga sepanjang hidupnya menulis “Catatan Seorang Demonstran” di buku hariannya. Namun pada akhirnya Gie pun meninggal akibat menghirup gas beracun di gunung Semeru pada tahun 1969, dan harapannya untuk membuat Indonesia menjadi Negara yang lebih baik pun tidak tercapai.

Memang sangat susah untuk mendapatkan semua yang Gie inginkan karena kondisi Negara Indonesia memang kurang baik karena adanya peperangan antara partai dan juga korupsi. Terjadinya peperangan antara PKI yang didukung oleh Soekarno dan Militer yang didukung oleh Soeharto yang ingin menggulingkan Soekarno telah membuat banyak kekacauan. Kedua pihak membunuh, dan banyak memfitnah untuk keuntungan mereka sendiri. Banyak juga korupsi yang dilakukan oleh Soekarno dan pada akhirnya dia harus menggantikannya dengan menjual sumber daya alam Negara kita. Rakyat juga kesal karena sumber daya alam yang diambil Soekarno adalah juga milik rakyat. Kalau diteruskan Negara ini bisa lebih kacau.

Di jaman revolusi ini, ada beberapa kejadian yang melanggar HAM. Hak-hak yang terlanggar adalah hak untuk mengeluarkan pendapat, bahwa semua orang tidak boleh dibeda-bedakan menurut apa pun, dan kelakuan Soeharto dengan sewenang-wenangnya yang menghabisi anggota PKI, yang juga diketahui sebagai pembunuhan di Bali, yang terlibat dalam pembunuhan jendral-jendral. Soeharto memang muak dengan apa yang dilakukan PKI, tetapi seharusnya dia tidak boleh membasmi anggota-anggotanya dan keluarga mereka karena dengan melakukan itu, dia tidak ada bedanya dengan anggota-anggota PKI tersebut. Seharusnya dia bisa menemukan solusi lain untuk menyelesaikan masalah itu dengan tidak menimbulkan kekacauan lagi.

Sudah banyak kekacauan yang diakibatkan oleh Soeharto, tambah lagi dimulainya rasisme terhadap kaum Tiong Hoa, yaitu kaum keluarga Gie. Akibatnya banyak kaum Tiong Hoa mengganti namanya menjadi nama pribumi untuk mendapatkan hak yang sama dengan orang lain. Kaum Tiong Hoa diinjak-injak karena mereka tidak bisa mendapatkan apa-apa yang setara dengan kaum pribumi. Hal ini jelas-jelas melanggar HAM karena di DUHAM (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) disebutkan bahwa semua orang berhak mendapatkan akses yang sama dalam mendapatkan segala sesuatu.

Di jaman revoulsi ini, Gie hanya menginginkan supaya Indonesia menjadi Negara yang maju. Pada sdaat itu, militer dan PKI sedang berkonflik untuk mendapatkan kekuasaan. Gie tidak menyukai bagaimana mereka menghadapi masalah tersebut. Karena itu dia menulis banyak karya yang mengkritik PKI, militer sampai ke ABRI dan juga pemerintah. Namun banyak dari karyanya tidak dipublikasikan dan tidak dianggap karena kritikan Gie dianggap tidak berguna. Begitu juga dengan pidato Gie yang tidak terlalu tesampaikan pesannya karena adanya pertengkaran antara orang-orang yang mendengar yangkebanyakn tidak setuju. Banyaknya nasihat Gie yang tidak sepenuhnya tersampaikan.

Film Gie sejujurnya memang sedikit susah untuk dimengerti jika penonton tidak mempunyai gambaran bagus tentang sejarah Indonesia, dan penonton akan memikir bahwa film ini sangat bosan. Namun banyak pelanggaran HAM di film Gie sudah dijelaskan dengan baik. Film ini juga menceritakan kembali dengan baik kehidupan Gie di masa lalu. Pesan juga tersampaikan dengan baik karena Nicholas Saputra benar-benar menghayati perannya.

Di beberapa pelanggaran HAM telah ditunjukkan di film ini dengan jelas. Akankah kita tetap membiarkan pelanggaran-pelanggaran itu terjadi? Kita juga bisa mengambil kesimpulan dari Gie bahwa dia mengajak kita semua untuk tidak berdiam diri saja. Jika kita tahu bahwa ada sesuatu yang salah, jangan takut untuk mengeluarkan opini dan melakukan tindakan yang benar. Pada saat itu orang-orang memang takut akan akibat yang harus mereka hadapi jika mereka melawan atau melakukan kebenaran, dan karena itu harapan Gie untuk membuat Negara ini menjadi Negara yang benar-benar bersih dan merdeka pun belum tercapai. Perjuangan Gie untuk membuat Indonesia menjadi Negara yang baik hilang bersama dengan kematiannya.